Sejak serah terima jabatan Pj Gubernur Jawa Tengah pada hari Rabu (6/9/2023) Nana Sudjana bernjanji akan melanjutkan kinerja Gubernur sebelumnya, Ganjar Pranowo, yang selama 10 tahun memimpin Jawa Tengah melalui berbagai kebijakan. Terutama soal pelayanan ASN, dan menyapa rakyat secara langsung.
Saat itu, Nana Sudjana menyampaikan, ada beberapa kegiatan atau agenda yang jadi perhatiannya yaitu pemilu dan Pilkada serentak 2024. Tugas dia beserta Forkopimda telah berhasil mengawal pelaksanaan pemilu legislatif dan presiden 2024 berjalan dengan baik terutama adalah menjaga stabilitas di Jawa Tengah, tidak menimbulkan suatu permasalahan, terjaga kondusivitas. Namun untuk pilkada yang akan dilaksanakan 27 November 2024 masih butuh kerja keras agar tetap berjalan dengan baik, aman dan kondusif.
Selain pemilu, pj Gubenur juga mempunyai pekerjaan rumah berupa penurunan kemiskinan, penyediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah pada Maret 2023 tercatat jumlah warga miskin mengalami penurunan 10,77 persen. Tentu butuh kerja keras untuk dapat menurunkan angka kemiskinan di Jawa Tengah pada tahun 2024 yang programnya sekarang masih berjalan.
Kemudian soal penuntasan stunting, berdasarkan EPPGBM (Elektronik Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) angka stunting di Jawa Tengah dalam empat tahun terakhir turun 51 persen. Lebih rinci, pada 2018 tingkat stunting Jateng 24,4 persen. Kemudian 2019 turun menjadi 18,3 persen. Lalu 2020 turun 14,5 persen. Kemudian 2021 sempat naik 18,8 persen, berikutnya pada 2022 bisa mencapai 11,9 persen. Adapun, menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022, angka stunting Jateng mencapai 20,8 persen, maka pada tahun 2024 angka stanting harus dapat diturunkan.
Di sektor pendidikan, Ganjar berhasil menerapkan pendidikan gratis bagi siswa miskin SMKN Jawa Tengah. Bahkan program ini, digadang-gadang oleh Presiden RI Joko Widodo bisa menjadi program percontohan nasional. Terkait hal ini Nana Sudjana harus dapat melanjutkannya.
Kemudian yang butuh perhatian adalah soal lingkungan hidup, kerusakan lingkungan, banjir, rob hingga tanah longsor harus diperhatikan. Banjir pantura Jateng beberapa waktu lalu menjadi bukti nyata bahwa Pemprof Jateng belum berhasil menyelesaikan persoalan banjir. Memang untuk banjir ini harus melibatkan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota karena faktor banjir pantura ini sangat komplek. Ke depan, dalam waktu 5 tahun yang akan datang, pemprof Jateng harus bisa menjadi motor atau penggerak bagi daerah-daerah agar dapat serius dalam merawat lingkungan. Misalnya, jangan mudah memberi ijin alih fungsi lahan di kawasan hulu, kemudian di kawasan hilir sungai-sungai yang dangkal dinormalisasi, termasuk juga penataan tanggul sungai. Problem lingkungan hidup butuh keseriusan karena kerusakan lingkungan sangat merugikan masyakarat luas tidak hanya bagi generasi sekarang tapi juga bagi anak cucu kita kelak. Terkait pembangunan Jateng perlu ada pemerataan terutama di kawasan Jateng selatan yang mana pembanguannya masih lambat sehingga butuh diperhatikan agar terjadi pemerataan pembangunan masyarakat Jawa Tengah. Jangan ada kesan pembangunan lebih fokus di pantura (pantai utara) sedangkan kawasan pansela (pantai selatan) dan kawasan tengah kurang diperhatikan. ()