SEMARANG, nukotasemarang.com – Meneladani perjuangan para ulama dalam membangun peradaban harus ditingkatkan. Sejarah perjuangan para ulama perlu diabadikan agar masyarakat modern mengetahui bagaimana rekam jejak perjuangan para ulama.
Hal tersebut disampaikan oleg Habib Umar bin Muthohar dalam Haul Habib Toha Bin Muhammad Bin Yahya (Mbah Depok) di Jalan Depok Semarang pada Minggu pagi (12/5/2024).
Selain Habib Umar Muthohar, hal tersebut juga disampaikan oleh Iswar Aminuddin selaku Ketua Panitia haul.
Atas semangat masyarakat Kota Semarang dalam meneladani perjuangan Habib Toha, Iswar mengucapkan terimakasih.
“Saya mengucapka matur suwun (terimakasih) kepada alim ulama, poro Kiai, poro Habib, dan seluruh umat muslim yang melangkahkan kaki untuk melakukan hurmat haul Habib Toha,” ujar Sekda Kota Semarang tersebur.
Selin itu, dirinya juga menyampaikan penghargaan kepada Habib Luthfi bin Yahya yang selama ini telah menjadi gurunya.
“Tak lupa saya sampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada guru kami Habib Luthfi selaku tokoh bangsa dan cucu daru Habib Toha sendiri,” ungkapnya.
Haul yang diinisiasi oleh elemen Nahdlatul Ulama (NU) beserta komunitas pecinta umala Semarang ini bertema ‘Bangsa Yang Kuat, Adalah Bangsa Yang Bisa Menghargai Leluhurnya’.
Tema tersebut, menurut Iswar karena keteladanan yang diberikan oleh Habib Toha dalam membangub masyarakat yang rukun dan damai adalah kunci kesejahteraan.
“Ketokohan Habib Toha sendiri sudah tidak bisa kita ragukan lagi dalam membangun masyarakat di masa beliau hidup hingga sekarang,” tuturnya.
“Dengan haul ini, kami harap dapat kita meneladani nilai-nilai perjuangan beliau tersebut, sehingga kita mampu membangun masyarakat kota yang dinamis, berdikari, damai dan tentram,” lanjutnya.
Hadir pula dalam haul tersebut, Walikota Semarang Hevearita G Rahayu atau Mbak Ita. Dia tergaru atas kehadiran masyarakat yang rela berpanas-panasan untuk menghadiri haul.
“Matur suwun (terimakasih) buat masyarakat yang rela melangkah dari rumah dan berpanas-panasan,” ujarnya.
Mbak Ita mengatakan di Kota Semarang kaya akan jejak perjuangan para aulia. Dalam sejarahnya, Habib Toha memiliki santri dan keturunan yang menjadi senopati dan tumenggung di beberapa wilayah Pulau Jawa.
“Salah satu keturunannya yang cukup dikenal perjuangannya adalah Mbah Singobarong atau Habib Hassan,” ujar Mbak Ita.
Mbah Singobarong adalah julukan untuk putra Habib Toha bin Yahya bernama Assayyid Al Habib Hassan bin Thoha bin Yahya.
Habib Hassan mendapat julukan Singobarong karena saat dirinya menjadi Senopati Mataram sangat garang dan gagah seperti singa dalam berperang melawan penjajah.
Selain sebutan Singobarong, Habib Hassan juga dijuluki Mbah Kramat Jati hingga daerah makamnya saat ini juga disebut sebagai Kampung Kramat Jati.
Julukan Kramat Jati diberikan setelah Habib Hassan meninggal, karena dipemakamannya pada kala itu terdapat satu pohon Jati besar yang sulit ditembang hingga dianggap keramat.
Makam Mbah Singobarong atau Kramat Jati ini terletak di Jalan Duku Kelurahan Lamper Kidul Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang.
Atas kisah Habib Toha dan putranya Habib Hassan tersebut, Mbak Ita menyampaikan pesan keteladanan dalam pembangunan Kota Semarang sejak zaman kerajaan hingga maju dan modern seperti sekarang.
“Jadi pesan dari haul ini adalah bagaimana kita meneladani perjuangan Habib Toha dalam memajukan Kota Semarang, bukan hanya secara ekonomi, namun juga secara mental dan spiritual,” tutup Mbak Ita.