SEMARANG, nukotasemarang.com – Dalam rangka merayakan peringatan Hari Santri Nasional Lembaga Ta’lif wan Nashr Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (LTN PCNU) Kota Semarang mengadakan launching dan bedah buku biografi ulama NU Kota Semarang yang diberi judul TELADAN SEPANJANG ZAMAN; Masterpiece Perjuangan Kyai Penggerak di Kota Semarang.
Buku ini berisi 43 esai biografi pendek para ulama / kyai penggerak yang telah berjasa dalam menyebarkan agama Islam di Kota Semarang sejak era Sunan Pandanaran pada abad 15/16 M Hingga pada abad 21.
Ketua LTN PCNU Kota Semarang Dr. M Kholidul Adib SHI MSI mengatakan penerbitan buku ini dimaksudkan untuk mengingatkan masyarakat Kota Semarang dan khususnya para santri yang sedang merayakan hari santri nasional (HSN) untuk meneladani para ulama yang telah berjuang untuk bangsa dan negara.
Melalui buku ini Adib mengajak masyarakat menyadari bahwa Semarang pada masa lampau adalah kota santri. Banyak ulama besar berdomisili di Semarang seperti Sunan Pandanaran, Kyai Damar, Sunan Terboyo, Kyai Nur Muhammad Sepaton, KH Sholeh Darat, KH Syafii Piyoronegoro, KH Abdullah Sajad, KH Thohir, KH Abdullah Umar dan lainnya yang telah sukses mendakwahkan Islam Aswaja yang nasionalis di Kota Semarang.

Menurut Adib, kiprah kaum santri di Indonesia sudah sangat besar bagi kemajuan bangsa, tidak hanya sebagai pemimpin agama tetapi juga sebagai pemimpin nasional, politisi, pengusaha, intelektual dan advokator masyarakat.
“Kontribusi kaum santri begitu nyata bagi kemajuan bangsa. Para santri yang masih belajar di pesantren perlu membekali diri dengan ilmu dan keterampilan serta karakter yang kuat sebagai bekal untuk meneruskan perjuangan ulama di masa depan,” tandas Adib.
Adib melanjutkan, ulama patut diteladani karena sejarah mencatat komitmen ulama begitu besar dalam menjaga kedaulatan negara dan melawan penjajahan seperti yang ditunjukkan oleh Sunan Pandanaran saat mengirim tiga armada kapal prajurit Semarang untuk bersama dg pasukan Demak yang dipimpin Adipati Unus menyerang Portugis di Malaka tahun 1513, juga yang ditunjukkan oleh para ulama pejuang sesudah itu spt Ki Ageng Galang Sewu dalam membantu Pangeran Diponegoro berjuang melawan Belanda, kepeloporan KH Sholeh Darat dalam menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme hingga era kemerdekaan tahun 1945/1946 yang ditunjukkan oleh KH Abdullah Daenuri, KH Thohir, KH Zaini, dan yang lainnya dalam melawan Jepang dan pasukan sekutu yang diboncengi Belanda.
“Melalui penerbitan buku ini kami mengajak para santri dalam peringatan hari santri nasional tahun 2025 supaya meningkatkan kontribusinya dalam membangun bangsa menyongsong Indonesia emas tahun 2045,” tutur Adib.

Ketua PCNU Kota Semarang Dr. KH. Anasom, M.Hum sangat mengapresiasi terbitnya buku tersebut.
Menurutnya, jumlah ulama pejuang Aswaja di Kota Semarang ada ratusan tetapi pada edisi pertama ini baru bisa ditulis 43 tokoh.
KH Anasom berharap akan terbit buku yang juga mengupas kiprah tokoh-tokoh NU yang masih hidup.
“Tidak hanya tokoh yang sudah wafat saja yang ditulis, sebab yang masih hidup juga banyak yang kiprahnya perlu ditulis untuk menjadi spirit keteladanan bagi para santri agar ke depan memiliki tekad yang kuat untuk meneruskan perjuangan ulama,” ungkap KH Anasom.